Chakpedia –Â Isu pengelolaan sampah seringkali menjadi tantangan abadi bagi setiap kota, tak terkecuali Banjarbaru. Seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas perkotaan, volume sampah yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terus meningkat. Namun, di tengah tantangan ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarbaru tampil dengan solusi yang tidak hanya berorientasi pada lingkungan, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi masyarakat: Program Bank Sampah.
Program Bank Sampah bukanlah konsep baru, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada strategi implementasi yang terstruktur dan terpadu. DLH Banjarbaru telah membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, sampah bukan lagi sekadar limbah, melainkan potensi komoditas yang dapat ditukarkan dengan tabungan, bahkan emas.
DLH Banjarbaru Mengadakan Sosialisasi dan Edukasi Kepada Masyarakat
Salah satu strategi utama DLH adalah edukasi publik. Melalui penyuluhan dan pelatihan, DLH Banjarbaru mendorong kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah tangga. Di situs resminya, DLH menyoroti bagaimana edukasi pengolahan sampah plastik menjadi bagian dari program mereka.
Melalui pendekatan edukatif ini, DLH tidak hanya memberi tahu apa yang harus dilakukan, tetapi juga menjelaskan manfaat memilah sampah: secara lingkungan sampah berkurang ke TPA, secara ekonomi masyarakat mendapat insentif dari bank sampah, dan secara sosial tercipta tanggung jawab bersama.
Pendampingan dan Pelatihan Pengelola Bank Sampah
Agar bank sampah dapat berfungsi dengan baik di tingkat komunitas, Dengan strategi yang menyeluruh mulai dari edukasi, pendampingan, kolaborasi, hingga pemantauan Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru menunjukkan komitmen serius dalam mensukseskan program bank sampah. Melalui program ini, tidak hanya volume sampah kota bisa ditekan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat meningkat lewat insentif ekonomi.
Keberhasilan program bank sampah Banjarbaru bisa menjadi contoh bagi pemerintah daerah lain yang ingin menerapkan pengelolaan sampah berkelanjutan.memberikan pendampingan langsung kepada pengurus bank sampah. Mereka menyelenggarakan pelatihan teknis, misalnya bagaimana melakukan penimbangan sampah, mencatat transaksi sampah, dan menjaga kualitas jenis sampah yang diterima. Strategi ini meningkatkan kapasitas pengelola lokal untuk menjalankan bank sampah sebagai model usaha kecil berbasis lingkungan.
Selain itu, DLH berupaya memperkuat struktur kelembagaan bank sampah agar mampu berkelanjutan. Dengan pendampingan reguler, bank sampah tidak hanya menjadi tempat penampungan sementara, melainkan menjadi pusat kegiatan ekonomi sirkular.
Agar program bank sampah benar-benar menyentuh warga, DLH Banjarbaru mengedepankan gaya kepemimpinan partisipatif. Ini berarti warga dilibatkan dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan evaluasi program. Gaya ini membangun rasa kepemilikan masyarakat terhadap bank sampah, membuat mereka merasa menjadi bagian dari solusi.
Selain itu, DLH menjaga transparansi anggaran, kinerja, dan hasil pengelolaan sampah. Laporan publik dan mekanisme pengukuran kinerja menciptakan kepercayaan publik serta akuntabilitas penyelenggaraan program lingkungan.
Dengan strategi yang menyeluruh mulai dari edukasi, pendampingan, kolaborasi, hingga pemantauan Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru menunjukkan komitmen serius dalam mensukseskan program bank sampah. Melalui program ini, tidak hanya volume sampah kota bisa ditekan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat meningkat lewat insentif ekonomi. Keberhasilan program bank sampah Banjarbaru bisa menjadi contoh bagi pemerintah daerah lain yang ingin menerapkan pengelolaan sampah berkelanjutan.







